Situs PKV Slot Online Tergacor dan Resmi Terpercaya

Tampilkan postingan dengan label kasus gagal ginjal pada bayi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kasus gagal ginjal pada bayi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 November 2022

Kisah sedih seorang ibu yang kehilangan bayinya karena gagal ginjal

Kisah sedih seorang ibu yang kehilangan bayinya karena gagal ginjal 

 

mysurveygoto - Nur terlihat meneteskan air mata saat melihat foto putri bungsunya di layar ponsel.

Pada satu titik, dia menyeka layar ponsel dan mencium foto putrinya. Meski baru berusia dua bulan, Nur tidak menyangka putrinya yang baru berusia satu tahun tiga bulan menjadi salah satu dari 190 anak yang meninggal akibat GGPA (Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal).

“Obat yang seharusnya menyembuhkan anak saya malah membunuhnya. Bahkan, saya sering menyalahkan diri sendiri. Tapi mohon maaf segera, dikira sudah takdir," kata Nur dalam keterangannya pada beberapa waktu lalu. 

1. Putri saya mengalami muntah dan diare selama tiga hari 

 Wanita yang tinggal di Tangerang ini menceritakan kisah sedih di awal Agustus. Saat itu, putrinya yang bernama Sari (bukan nama sebenarnya) mengalami muntah dan diare selama tiga hari dan diberi lakto B, zinc dan domperidone untuk membantu pemulihannya. 

Namun, kondisi sang putri tidak baik. Pada 7 Agustus, putrinya dibawa ke rumah sakit di Tangerang dan dirawat selama lima hari.

"Tiga hari di rumah sakit, perut Sari bengkak dan kemudian dokter mengatakan kondisinya membaik dan pada 11 Agustus dia bisa pulang," katanya. 

2. Putrinya diberikan sirup parasetamol dari dokter 

Namun, kondisi Sari sedang tidak baik. Malam itu, anak berusia satu tahun itu demam tinggi, dan Nur memberinya sirup parasetamol, yang diberikan oleh dokter di Love House. Tragedi itu terjadi, dan kondisi bayi itu memburuk. "Keesokan harinya dia tidak mau makan, dia tidak mau minum sama sekali, kakinya mulai bengkak. Tapi dia tetap ingin menyusui dan makan," katanya tegas. 

3. Pembengkakan ginjal karena tidak kencing selama dua hari

Nur kembali untuk membawa putrinya ke rumah sakit, tetapi perawat rumah sakit menyuruhnya pulang dan kembali besok bertepatan dengan tanggal ujiannya.

"Waktu saya di rumah pada malam hari, pernapasannya menjadi sulit, tetapi pada pagi hari anak saya bengkak semua, ketika saya panik dan segera membawanya kembali ke rumah sakit dan mengetahui bahwa ginjal anak kami bocor." dia berkata. katanya sambil menahan air matanya.

4. Tubuh anak itu penuh cairan dan tidak sadarkan diri

Dokter telah menyuntik putrinya sampai 20 kali, tetapi karena tubuhnya dipenuhi cairan, pahanya diangkat melalui pembedahan dan dia segera dirawat di rumah sakit.

“Keesokan harinya, anak saya tidak sadarkan diri dan terengah-engah. Infus juga masuk ke leher, bahkan organ tidak berfungsi. Kami terus mencari rumah sakit yang berbeda yang dapat menangani hemodialisis anak, tetapi tidak berhasil. Rumah sakitnya hanya dua, yaitu Harapan Kita dan RSCM, tapi Harapan Kita sudah penuh,” ujarnya.

5. Anak itu hanya bernafas selama satu jam setelah dia berhenti bernapas, yang akhirnya meninggal 

Melihat kondisi anaknya yang semakin parah, Nur membawa putrinya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ketika mereka tiba di rumah sakit, dokter dan perawat siap membantu mereka. “Anak saya hilang, tapi sudah CPR, dan Alhamdulillah sudah bernapas lagi. Saat itu dokter bilang kalau kondisinya baik akan langsung menjalani hemodialisa. Dia dikatakan sudah meninggal,” katanya.

Nur menangis lagi saat menceritakan akhir kisah putrinya yang dinyatakan meninggal pada 18 Agustus 2022. 

6. 1x24 jam sangat berarti untuk Sari

Nur berusaha tegar dan mengikhlaskan kepergian putrinya. Namun, dia menyayangkan tanggapan dari rumah sakit tempat putrinya pertama kali diperiksa.

"Saya kecewa dengan rumah sakit pertama karena jika dia tidak batuk dan demam selama dua hari, bahkan bengkaknya diperintahkan untuk kembali sebagai prosedur kontrol. Padahal 1x24 jam sangat bermanfaat bagi anak-anak kita,” ujarnya.

 7. Pemerintah baru menyelidiki keberadaan Sari setelah ada ratusan anak lainnya meninggal 

 Nur juga frustrasi dengan lambatnya langkah pemerintah. Ia menyayangkan setelah dua bulan kepergian putrinya dan ratusan anak yang meninggal, Puskesmas, Dinas Kesehatan, bahkan Kementerian Kesehatan mencari keluarga Nur. "Mereka melihat di mana kita berada dan mencoba mencari tahu mengapa," katanya.

Namun, Nur merasa lega karena obat penawar, fomepizole, ditemukan untuk gagal ginjal, meski sudah terlambat untuk anaknya. “Saya berharap tidak ada kasus serupa yang merenggut nyawa anak-anak lain,” ujarnya.